Sandri di Italia, Purwo dan Fahreza di Indonesia
Oleh : Andhy BJ
Di kalangan suporter sepakbola, Gabriele Sandri sudah merupakan legenda tersendiri. Cerita Gabriele Sandri mengenai kematian & pemakamannya menjadi viral di kalangan suporter. Sandri meninggal karena kebutralan polisi di Italia, yang pada akhirnya membuat ultras dari semua klub di Italia memprotes brutalisme polisi tersebut.
Mereka, saat itu, tidak lagi mengidentifikasikan diri mereka dengan klub yang didukungnya, tetapi mereka sebagai keluarga besar ultras merasa terzalimi.
Di Indonesia, salah satu suporter Jakmania, Muhammad Fahreza (16 tahun), meninggal dunia, setelah menonton pertandingan Persija versus Persela di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (13/5). Fahreza mengalami luka di bagian mulut dan kepala yang diduga dipukul oleh aparat kepolisian. Kejadian tersebut, sontak membuat jagat dunia maya di kalangan suporter tanah air memanas.
Ucapan duka cita datang dari berbagai kelompok suporter, tidak hanya yang dikenal memiliki kedekatan dengan Jak Mania seperti Macz Man, Aremania, namun Bobotoh dan Bonek yang notabene dikenal sebagai rival The Jak juga ikut berbela sungkawa. Selain ucapan duka cita, tagar #UsutTuntas juga ramai disuarakan oleh para suporter.
Sepertinya, para suporter juga sudah muak dengan pendekatan polisi yang menggunakan kekerasan dalam mengendalikan suporter.
Sebelumnya, ada Purwo Adi Utomo (17), Bonek yang juga meninggal di lingkup stadion pada saat pertandingan Persebaya (1927) vs Persija pada Minggu, 3 Juni 2012.
Meskipun tidak secara langsung menjadi korban kebutralan polisi, namun kematian Purwo bermula dari kericuhan suporter dengan polisi. Penyebab kericuhan pun sepele. Sesaat pertandingan berakhir, beberapa suporter hendak mencopot spanduk. Namun, mereka dihalang-halangi oleh polisi sehingga terjadi aksi saling dorong. Polisi lalu membabi buta melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan suporter. Suasana pun menjadi panik.
Suporter kemudian berebut keluar dari stadion untuk menghindari gas air mata yang membuat mata pedih. Di sinilah tragedi terjadi, Purwo Adi Utomo meninggal kekurangan oksigen. Dan seperti kita ketahui, kasus ini tidak ada ujung terangnya.
Jika pada kasus Purwo Adi Utomo tidak ada yang diusut dan bertanggung jawab, pada kasus Gabriele Sandri kasut diusut dengan tuntas. Pengadilan memutuskan Luigi Spaccarotella bersalah & menghukumnya enam tahun penjara. Ketika Spaccarotella naik banding, pengadilan Italia justru menambah hukumannya menjadi 9 tahun 4 bulan, karena menemukan adanya unsur kesengajaan.
Semoga kasus Purwo Adi Utomo dibuka kembali, dan kasus Muhamad Fahreza juga ada yang bertanggung jawab. Sudah saatnya suporter Indonesia bersikap sama dalam hal ini & melupakan rivalitas barang sejenak.
Pendekatan polisi kepada suporter yang lebih humanis & persuasif harus terus disuarakan. Jangan sampai ada korban-korban lain yang jatuh.
Jika Sandri adalah monumen ultras di Italia, sudah sepatutnya Purwo Adi Utomo dan Muhamad Fahreza adalah monumen suporter di Indonesia.
Mereka telah berpulang di usia muda, apabila tragedi tak terjadi, mereka masih bisa untuk meraih semua impiannya dan mendukung klub kebanggaanya. Untuk mengenangnya, Bonek telah menamai tribun BB di Stadion Gelora 10 November Surabaya dengan nama Purwo Gate, begitupun The Jakmania yang mendedikasikan tribun Sektor 12 menjadi Fahreza Stand.
Selamat Jalan Purwo Adi Utomo dan Muhamad Fahreza, kami akan selalu mengenangmu.
SUMBER
KUNJUNGI KAMI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar