Rabu, 20 Juli 2016

Kenapa Tiba-Tiba CASUAL, HOOLIGAN, ULTRAS, dan ACAB?




Kenapa Tiba-Tiba CASUAL, HOOLIGAN, ULTRAS, & ACAB?


The phenomenon of Casual, Hooligan, Ultras, and ACAB. Berbicara tentang zaman itu ga akan selesai sampai kapan pun, sampai lo baca blog ini sampe tujuh puluh tahun berturut-turut juga ga akan ada ujungnya. Tapi hal tersebut bisa di sekat dengan beberapa point-point yang ada dalam dunia zaman ke-zaman ini. Beberapa tahun lalu contoh ketika era80’an dimana musik menjadi perioritas pertama dalam gaya hidup, misalnya dalam pembentukan celana cut bray atau baggy jeans dengan gaya hip-hop yang boleh dibilang Oldskool di era sekarang. Tapi itu semua sudah lekang oleh jaman, orang-orang yang perna memakai life style seperti itu mungkin telah terbang kemana, peduli setan!.

Banyak sekali life style di era yang sudah lewat dahulu, gue juga kalau disuruh buat mengurutkan juga ga akan hapal, tapi ini mungkin bisa menjadi suatu pembahasan yang berpoint memperbaiki idealisme dalam zaman dan life style tersebut.

Tahun 2002-2005 sepak bola hanya di minati oleh orang-orang tua saat itu, tidak banyak anak-anak remaja yang menggemari nya, mungkin karena faktor waktu yang berbeda dimana siaran langsung pertandingan bola tersebut berbeda dengan waktu di Indonesia, jadi dulu anak-anak remaja masih dikelonin setelah sinetron Tersanjung selesai. Akan tetapi setelah zaman terbaharui, dan segala nya pun sudah semakin canggih, tahun 2005-2009 penggemar sepak bola sudah mulai merambah ke berbagai kalangan, dari dulu yang bilang “apaan pertandingan bola, bola satu direbutin sama dua puluh dua orang, ribet”, tapi nyatanya Fuckoff !!!

Mereka yang berkata seperti itu menjadi seorang yang tiba-tiba fanatik dengan sepak bola. Sehingga dari tahun 2009-Sekarang atau selanjutnya, perkembangan sepak bola menjadi semakin menanjak. Anak-anak remaja yang dulu cuma bisa mendengarkan lagu di handphone China yang mereka anggap itu mewah, dengan fitur pemutar musik yang volume nya melebihi besar bentuk hape nya dan sehari-hari mendengarkan lagu dari ST12, Wali, sampai kangen band, kini telah berubah menjadi seseorang pengkoleksi jersey sepakbola. Its True, yeah? Realize!

Saat gue ngongkrong sambil berkumpul disatu tempat minum di Bogor, gue saat itu sedang bercengkrama dengan orang-orang yang suka sekali dengan sepak bola, padahal mereka ga bisa main bola, yah termasuk gue. Saat itu teman gue, panggil saja Japra, dia mengaku dirinya sebagai seorang skinhead yang tergolong dalam student class skin, entah apa maksudnya, tapi itu adalah gaya hidup nya sekarang, dengan memakai jaket Bomber Jet dan celana Ratty Jeans & tatanan rambut pelontos doi menerangkan tentang life style di kota Bogor ini, kota ditempat kami berdua tinggal, keadaan anak muda di Bogor sedang berada dalam keanehan tentang bagaimana supporter bola di Inggris/Italy atau negara lain dipakai life style nya oleh mereka dan sering kali disalah artikan dalam kehidupan sehari-hari.


Para Hooligan dan gaya mereka bertarung dan bergaya Casual


Pertama tentang apa definisi Hooligan. Menurut si Japra, si anak skinhead itu, dia berkata “Hooligan dalam kehidupan di britania raya itu sebutan untuk orang-orang yang berada ditaraf sosial bawah, atau bisa disebut dengan preman dan kumpulan orang-orang yang selalu melakukan vandalisme.” Ujar si Japra sambil memutar katup pada tower beer. Mungkin bisa didefinisikan bahwa Hooligan tersebut adalah panggilan sekumpulan orang-orang yang melakukan aktivitas buruk. Tetapi pada saat itu, si Japra, merupakan seorang yang mendukung tim dari Inggris: West Ham United, namun dia tidak ingin dibilang dirinya sebagai seorang Hooligan. “Gue bukan Hooligan, seperti orang-orang diBogor sekarang inginkan, mereka engga ngerti antara Hooligan dan Ultras yang terkadang mereka menggabungkan kedua idealisme tersebut.” Ujar si Japra semakin tegas. Si Japra berkata seperti itu seolah-olah dia mencibir bagai mana anak-anak muda di Bogor dengan kehidupan life style nya yang ingin dibilang dirinya sebagai Hooligan/Ultras yang akhirnya mereka menggabungkan kedua tersebut dengan kata Casual.

Jika dipaparkan secara verbal, dan harfiah, Casual tersebut adalah sebuah gaya atau bentuk fashion, bukan identik dengan kekerasan yang sering mereka agung-agung kan. “Inggris memang rata-rata bergaya casual karena menyesuaikan daerahnya yang suhu nya dingin banget” kata si Japra lagi, dia pun menerangkan tentang Casual tersebut menjadi trend dalam persepakbolaan. Namun sebelum si Japra menerangkan tentang Casual, gue pun ikut turut bicara tentang hal tersebut.

Menurut gue, Casual tersebut memang gaya kehidupan mereka yang selalu memakai pakaian tebal dan tertutup rapi, namun disamping itu pun, saat kejadian Tragedi Heysel kala Liverpool bertandang ke markas Juventus saat piala Eropa, dan adanya keributan dari kedua supporter sehingga mencoreng nama baik Inggris dalam dunia persepakbolaan. Supporter Inggris mendapatkan skorsing tidak bisa menonton pertandingan club masing-masing di luar willayah negara, dan saat itu supporter Liverpool menjadi sasaran amuk para supporter Inggris lainnya.

Kemudian saat skorsing berlangsung, antusias para supporter Inggris untuk melihat club nya bertanding tidak sama sekali lekang, mereka mencari cara untuk bagaimana bisa melihat langsung pertandingan di lapangan, & akhirnya salah saru cara adalah dengan melakukan penyamaran sebagai orang-orang yang tidak terlibat dengan kerusuhan dan menyamar menjadi orang-orang kaya dengan cara merampok beberapa toko pakaian eksekutif yang ada disekitar mereka untuk dijadikan bahan penyamaran, terbentuklah fashion Casual dalam persepakbolaan.

Kembali dengan point-point penting pembahasan, hari itu sudah sangat malam, kami masih tetap saja berbincang-bincang tentang Hooligan, Casual, & Ultras, walaupun salah satu dari kami sudah tidak kuat untuk meneguh kembali beer yang masih terisi penuh dalam gelas, hahah!. But we are better than satnite force self to drunk and disturb the people.


Ultras dengan gaya nya yang keras

Ultras, adalah sebutan untuk mereka supporter fanatik sepakbola di ranah negeri Pizza (Italy). Ultras identik dengan kekerasan, dan tidak jauh pula dengan Hooligan, namun beda nya, Ultras langsung terjun langsung dengan pertempuran mulai dari melawan supporter musuh, melawan polisi, sampai membajak kendaraan-kendaraan untuk ditumpangi.

Bedanya dengan Hooligan, Ultras lebih kedalam kekerasan nya, sedangkan Hooligan lebih kedalam modern football, sehingga timbul perselisihan antara mereka dengan adanya selogan yang dibuat oleh kalangan Ultras, yaitu “Againts Modern Football”, sebenarnya bukan berarti mereka melawan langsung dengan idealisme para Hooligan, tetapi lebih kedalam ke-klasikan peraturan dalam permainan sehingga tidak terjadi unfair dalam pertandingan. Berbeda dengan Britania yang sudah tehanyut dalam kelas Modern Football. Terkadang kedua aspek tersebut: Hooligan – Ultras berbeda namun tetap sama dalam satu jalur tujuan, yaiutu mencari eksistensi dalam club nya dan menjadikan club nya sebagai raja sepakbola dunia.

Pada intinya, idealisme dari kedua aspek tersebut adalah sebuah perkumpulan paham yang fanatik dengan dunia sepakbola, yang mendukung clubnya masing masih untuk menjadi raja di persepakbolaan dunia dengan cara mereka masing-masing yang tentunya berbeda satu sama lain dalam sisitem yang mereka anut.

Namun ini lah inti nya anak-anak remaja yang mulai berada di era transisi diri sering menjadikan paham tersebut sebagai life style, mereka pikir bahwa semakin mereka berdandan seperti Ultras/Hooligan, mereka akan semakin sangar untuk disegani, tetapi itu semua tidak sama sekali sama dengan sumber idealisme tersebut. Sebagai contoh, anak-anak sekolah berangkat dengan menggunakan jaket parka dan sepatu sport casual yang mencirikan dia adalah Hooligan/Ultras & dijadikan untuk karakter pribadi untuk dipamerkan kepada khalayak ramai, padahal di sumbernya sendiri, para Hooligan/Ultras tidak sama sekali ingin disorot oleh public, bahkan dirinya tidak ingin disebut sebagai seorang Hooligan/Ultras. Ataupun contoh nya tentang fenomena ACAB (All Cops Are Bastard) tentang bagaimana Hooligan/Ultras selalu melawan aparat untuk melakukan operasi nya, namun disini sangatlah jauh berbeda, anak-anak disini memahami ACAB untuk bergaya bahwa mereka anti dengan aparat, padahal aparat di Indonesia tidak mengerti sama sekali maksud dari ACAB itu sendiri, karena tidak ada masalah dengan anak-anak muda yang tiba-tiba anti dengan aparatur negara.


para Ultras melawan polisi dijalanan

Terkadang arus Globalisasi terlau membuat remaja-remaja terlena dengan apa yang ada disekitarnya, mungkin boleh dibilang “enggak tau diri”.
INI INDONESIA BUKAN ITALIA ATAU BRITANIA RAYA. JADI GAUSAH SEGALA CASUAL DEH, BIKIN GERAH DOANG, KAN DISANA TUH EMANG SUHU NYA DINGIN.
Setelah perbincangan kami puas untuk mengkritik tentang keadaan anak muda disekitar lingkungan kami, kami pun pulang dengan puas & selalu mentertawakan mereka yang masih berprinsip “Makin Casual makin Hooligan/Ultras men!!!” hahah BULSHIT !!!
ttd-bhonkyholics.png


separator2.png


SUMBER



bbbhhh-pp9-icon.ico


KUNJUNGI KAMI




Tidak ada komentar:

Posting Komentar