The Jakmania yang Kalian (tidak) Tahu
Oleh : The Jakmania UNJ
Rusuh, rusuh, dan rusuh…ah, rasanya hanya butuh 1 kata itu untuk menggambarkan secara umum tentang supporter Persija, The Jakmania. Bosan mendengarnya? Bosan sepakbola Indonesia tidak maju gara-gara itu semua?
Kami juga bosan bahkan bisa dibilang terlalu bosan sampai muncul rasa kebal mendengar berita miring tentang kami.
Apa sih itu The Jakmania?
The Jakmania adalah kelompok supporter sepakbola Persija Jakarta. Persija lahir tahun 1928, sementara The Jakmania lahir tahun 1997. Lantas apakah di tahun-tahun sebelumnya Persija tidak memiliki supporter? Jelas punya, The Jakmania adalah transformasi supporter Persija yang sebelumnya bernama VIJers dan Persija Fans Club. (Lebih jelasnya silahkan baca disini
VIJers
Persija Fans Club
Apa bedanya VIJers - PFC dengan The Jakmania?
meskipun sama-sama berbentuk kelompok, namun VIJers dan PFC belum terorganisir selengkap The Jakmania. The Jakmania yang lahir tahun 1997 memiliki AD/ART, struktur, sehingga para pengurusnya tau tugasnya masing-masing. Kenapa perlu dibentuk The Jakmania? Karena ada perasaan dan kepentingan bersama, yaitu sama-sama memiliki kebanggaan terhadap tim Persija Jakarta, sehingga membentuk identitas kelompok yaituThe Jakmania.
(Sosiologi dan Komunikasi Organisasi, hal 18)
Lantas apa bedanya The Jakmania dengan kelompok suporter yang lainnya?
The Jakmania lahir di sebuah wilayah yang penduduknya heterogen, Jelas sangat berbeda dengan kelompok suporter seperti Bonek, Bobotoh, Aremania, Pasoepati, Brajamusti, Persipura mania, dll yang muncul dengan modal homogen. (Hasil wawancara dengan salah satu pendiri The Jakmania Sumber 1, Sumber 2)
(Sebelum The Jakmania berdiri pun pendukung Persija berasal dari multi etnis)
Apakah tujuan The Jakmania hanya untuk mendukung Persija saja?
Tidak. Tugas lain The Jakmania adalah menjalin komunikasi dan memperkenalkan ke publik, khususnya masyarakat Jakarta, bahwa Persija adalah tim yang pantas didukung. Lalu kenapa yang terlihat The Jakmania selalu membuat onar? The Jakmania bukanlah kelompok suporter yang anggotanya hanya puluhan atau ratusan, tapi puluhan ribu. Sulit untuk mengatur, bukan berarti tidak mungkin untuk selalu berbuat kebajikan . Sudah kah masyarakat Jakarta melihat ini semua ?
Jak Online
Mari kita ngopi sambil berbincang atau main catur bersama, karena ada sebuah istilah "Tak kenal, maka tak sayang".
Hey tetangga, abadi kah permusuhan kita ???
Sebentar lagi atau lebih tepatnya esok hari, tim kita bertemu, Persib vs Persija, di rumah kalian. Hari ini, jarak antara rumah kita dan kalian cukup singkat, bisa ditempuh dalam waktu 3 jam. Oh iya, kapan terakhir kali kita berkumpul bersama dalam 1 tribun? Rasanya pertemuan itu bisa muncul kembali bukan melalui fiksi, seperti film Romeo-Juliet ciptaan bang Andibactiar Yusuf.
(Bobotoh dan The Jakmania di Stadion Lebak Bulus, Jakarta)
Permusuhan semakin luas dan panjang, bahkan seperti tidak ada obatnya. teror meneror pun dianggap menjadi hal biasa.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk menghilangkan permusuhan, bahkan sampai ada ide dari Kemenpora saat itu, pak Roy Suryo, untuk mempertemukan kita di Sleman dalam 1 stadion, tapi sayang...yang ada terjadi bentrok lagi.
Sampai akhirnya suatu ketika diadakan perjanjian islah atau damai antara kita, tapi islah cuma sekedar hitam di atas putih, terlebih hanya untuk kepentingan sepihak.
Ya, kepentingan agar kalian mampu menggelar laga di kandang dan bisa merasa nyaman ketika melakukan partai final di Jakarta. ( Artikel )
Bagaimana rasanya jadi kaum pengumpat kang Yana Bool? Saat Islah di Bogor pun cuma nampak Heru Joko, bukan sang dirigen, Alm. Ayi Beutik. Dan ingat, jika bukan karena Kang Ridwan Kamil, "kawalan" kalian ke Jakarta tak selancar itu.
Banyak yang bilang "Jakarta itu keras!", bukan berarti tidak bisa muncul dari kami rasa perdamaian dan kemanusiaan.
Jarak dekat bukan berarti perdamaian muncul dengan cepat, dan memang perdamaian itu haruslah muncul dari sebuah kesadaran, dari akar rumput...bukan sekedar dari elit, sementara antar anggotanya saling meng-kafir-kan satu sama lain. Ya, hal ini sedang berlangsung antara kami dengan bonek, suporter Persebaya...meskipun masih ada pro-kontra, setidaknya ini semakin mempertegas bahwa DAMAI BUKAN SEKEDAR HITAM DI ATAS PUTIH.
Kabarkan suatu kebaikan meskipun sedikit, bukan berarti untuk riya atau mengharapkan pamrih. Setidaknya sebagai sebuah pesan bahwa melihat sesuatu jangan hanya dari sampulnya. Dunia suporter sepakbola memang keras. Jangan mengeluh, jangan kendur dan jangan cengeng!
#BANGGATHEJAKMANIA
#GUEPERSIJA
Source
KUNJUNGI KAMI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar