Selasa, 16 Februari 2016

Makna Away Day bagi Supporter



bhonky
Makna Away Day bagi Supporter



Away Day, istilah era 80an awal ketika sekelompok Supporter Inggris melakukan tour luar kandang guna mendukung timnya. Istilah ini di tujukan bagi
sekelompok supporter Hooligans Inggris yang gemar bertualang mendukung timnya walaupun dengan segudang masalah yang bakal menghadangnya.

Namun inilah yang mereka pertaruhkan para supporter Hooligans, NYALI dan LOYALITAS mereka seolah menjadi pertaruhannya. Di masa itu mereka selalu mengacau dan berkelakuan brutal ketika melakukan awayday ke sejumlah kota. Sempat membaca artikel Awayday yang berisi, "Dalam perekrutan anggota Hooligans era 80an selalu diuji NYALI dan Tingkat keberanian calon Hooligans untuk melakukan sebuah keonaran di kota."

Jadi bagi mereka yang memiliki kriteria tersebut & mampu membuat beberapa kekacauan di kota, maka dia pantas masuk menjadi anggota Hooligans di suatu kelompok, namun sebaliknya jika ia tak mampu, ya maka tak akan bisa hingga orang tersebut sanggup melakukan kekacauan dengan brutal.


Namun itu dulu, kini Hooligans tak separah dulu, ya walaupun masih sering ribut tapi itu bagaikan sebuah kenangan yang tak terlupakan.

Karena Euforia bersama mereka dan bisa tampil di kandang orang itu udah sesuatu yang tak tergantikan bagi seorang supporter. Bagi Ultras sendiri AWAYDAY adalah ajang pembuktian siapakah jatidiri Ultra-nya.
Apakah ia termasuk ANAK MANIS atau ANAK MACAN yang berani. Ya kurang lebih gitu sebutan bagi seorang di Luar negeri sana ketika ia memutuskan menjadi seorang supporter Ultra.

Sebutan Anak Manis itu biasanya ditujukan bagi mereka yang hanya menonton laga dikandang saja, karena bagi Ultras mereka akan nampak seperti anak manis yang dikhawatirkan oleh orangtuanya ketika mendukung timnya, berbeda lagi ketika ia Awayday, sebutan ANAK MACAN ditujukan karena seringnya supporter yang pergi keluar kota untuk mendukung tim berprilaku LIAR dan GANAS tapi ini masih dalam kode etik yah. Kode etik yang dimaksud itu adalah masih dalam aturan, mereka tidak akan Liar dan Ganas bila tak di ganggu atau di usik. ya persis seperti ANAK MACAN ..


Bagi suporter, kandang lawan adalah tempat untuk
mengukur diri. Terlalu lama mengurung diri & tidak menyapa dunia luar, terkadang membuat jemawa atau malah minder. Banyak hal yang tidak kita ketahui sehingga sulit untuk mengukur diri. Hal yang sama juga terjadi di dunia suporter.
Mendukung tim untuk partai tandang, atau yang biasa dikenal sebagai AWAY DAY, menjadi ujian loyalitas. Karena seringkali keputusan
untuk berangkat ke kandang lawan tidak selalu tentang ketersediaan uang, tetapi juga niat.



Justru hal tersebut sering dilakukan oleh para militan yang punya kantong tidak terlalu tebal. Kita sering menyaksikan berita kelompok suporter saat away.
Mereka datang ke kota lain bahkan beberapa hari sebelum pertandingan. Hal ini untuk menyiasati perjalanan yang tidak dapat ditentukan estimasi waktunya. Maklum mereka menumpang truk dan mobil terbuka, mencegat sembari meminta tumpangan mobil mana saja yang mau mengangkut. Waktu perjalanan dengan sendirinya tak bisa ditakar.

Sayangnya kondisi geografis dan infrastruktur Indonesia tidak mendukung seorang suporter berkeliling ke semua stadion dalam satu kompetisi penuh. Tim beserta official saja terkadang masih keteteran, apalagi suporter. Meskipun ada yang bisa mengikuti semua laga tandang kesebelasan kesayangannya, barangkali jumlahnya pun sedikit, bersifat perorangan, dan tidak dikoordinir secara masif. Berbeda dengan apa yang sering kita lihat di layar kaca. Bagaimana hampir setiap pertandingan Liga Inggris terdapat tribun yang memang disediakan untuk pendukung tim tamu. Sulit untuk berharap hal itu dapat diterapkan di sini. Selain alasan geografis dan infrastruktur di atas, tetapi juga masalah lain, seperti izin kepolisian, rivalitas dan lain sebagainya.



Dalam setiap kesempatan tandang, seorang suporter akan bertemu satu sama lain. Jeda waktu yang panjang membuat tandang menjadi momen spesial. Tidak jarang juga menjadi ajang silaturahmi antar suporter.

Bagi tim, rilis jadwal yang dikeluarkan federasi akan direspon dengan perencanaan strategi, atau mungkin persiapan teknis perjalanan. Meski beberapa kali juga dibuat pusing dengan pergantian jadwal pada tengah kompetisi. Tidak demikian untuk suporter, keluarnya jadwal adalah perencanaan perjalanan sepakbola. Tidak jarang yang punya rencana khusus, hingga menabung hanya demi pergi ke stadion tujuan. Prinsipnya adalah setiap stadion selalu mempunyai kenangan yang berbeda.


Terkadang kenangan tersebut tidak melulu soal kalah atau menang tetapi lebih dari itu. Kota Istanbul bagi pendukung Liverpool misalnya. Pengalaman disana saat final Liga Champions 2005 bisa menjadi momen yang tak terlupakan. Kopites di seluruh dunia tentu ingin berada disana saat itu.
Istilah away days kerap digunakan untuk praktik
mendukung kesebelasan kesayangan di kandang lawan.


Istilah away days, cukup jelas, diambil dari bahasa Inggris, juga ditakik dari kebiasaan suporter di Inggris.

Tapi salah besar jika mengira bahwa praktik mendukung kesebelasan kesayangan di kota lain sebagai peniruan mentah-mentah dari tradisi sepakbola Eropa.



Istilah away days tak pernah memadai untuk menggambarkan fenomena khas sepakbola Indonesia masa itu.

Pertama, karena itu tak dilakukan hanya sehari dua hari.
Kedua, karena saat itu urusannya memang tak hanya sepakbola.

Away days bisa menjadi piknik yang memperat antar suporter. Menjemput suporter tamu di perbatasan daerah seringkali dilakukan hingga di depan pintu gerbang stadion. Hal yang sama saat pulang pasca-pertandingan. Di dalam stadion kedua suporter saling lempar nyanyian. Beberapa juga melakukan ritual tukar atribut dan keliling bersama stadion saat jeda pertandingan. Tidak jarang ada yang bertukar kontak lawan jenis, mencari kesempatan dalam keriuhan.




Kondisi di atas hanya dapat terjadi pada dua kubu
suporter yang mempunyai hubungan baik. Rivalitas yang berujung kerusuhan memang masih terjadi di kompetisi Indonesia. Wajar memang karena hampir di seluruh liga dunia, rivalitas seperti itu memang selalu ada.

Rivalitas yang ada juga terkadang membuat perjalanan para suporter menjadi terganggu. Suporter harus waspada saat berada di jalur tertentu ketika berada dalam bis atau kereta api. Dua roda transportasi primadona hampir seluruh suporter Indonesia.

Beberapa juga nekat naik ke atap gerbong saat kereta sudah penuh sesak. Bahkan ada sebutan “jalur Gaza” di kalangan suporter, untuk menamai tempat daerah rival mereka. Karena setiap melewati jalur tersebut tak jarang terjadi kerusuhan. Mulai dari lemparan – lemparan hingga bentrok fisik.


Perbaikan sarana dan prasana memang diharapkan mampu meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan saat away days. Jaminan keamanan yang memadai, transportasi yang baik, hingga akses stadion yang nyaman.






Source & Source



bbbhhh-pp9-icon.ico

article_separator.png
hkhk.icoKUNJUNGI KAMIhkhk.ico
article_separator.png

logo-bhonky-orens.png

images?q=tbn:ANd9GcQY_RVLmZBvWT35APRB1s-

images?q=tbn:ANd9GcR5ximTcNOGpNPYFScBXIv

images?q=tbn:ANd9GcQFoOKmTm16dmbvLLGIO4x

images?q=tbn:ANd9GcS6NydWoRmv20_-_GaXiNO

ttd-bhonkyholics.png

ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar